Tingkatkan Kualitas Beras, BSIP Akan Kembangkan Laboratorium Mutu Beras di Indonesia
Karawang (11/8) - Kepala Balai Besar Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BB Penerapan) Dr. Ir. Syamsuddin, M.Sc. beserta beberapa Kepala Pusat/Balai Besar lingkup BSIP Kementerian Pertanian, perwakilan BSN, serta perwakilan Green Building Francis menghadiri Rapat Koordinasi Pengembangan Laboratorium Mutu Beras dan Pascapanen Serealia di Karawang, Jawa Barat. Laboratorium tersebut adalah salah satu laboratorium milik Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Pertanian Pascapanen, Kementerian Pertanian.
“Laboratorium yang berdiri sejak tahun 1957 ini sudah terstandar SNI ISO/IEC 17025:2017. Beberapa kali mengalami perubahan nama, dari Lembaga Penyelidikan Beras (LPS), Lembaga Penelitian Makanan Departemen Pertanian, Laboratorium Karawang Balitpa Sukamandi, dan terakhir menjadi Laboratorium Mutu Beras dan Pascapanen Serealia,” ujar Dr. Husnain, M.P., M.Sc., selaku ketua panitia rakor.
Acara dibuka secara resmi oleh Plt. Kepala BSIP Prof (R) Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.Si. “Saya mengapresiasi BBPSI Pascapanen telah memiliki Laboratorium yang menjadi salah satu rujukan laboratorium yang ada di Indonesia,” ungkapnya. Selanjutnya, Kepala BSIP juga menginstruksikan agar BSIP melakukan pendataan keberadaan laboratorium lingkup BSIP yang ada di seluruh Indonesia untuk memperbanyak laboratorium pengujian mutu beras dan benih terutama di daerah-daerah pemasok beras nasional, seperti Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Fadjry berharap pengembangan Laboratorium Beras ini ke depan dapat menjadi upaya BSIP dalam menjaga mutu beras dan kemananan pangan di Indonesia.
Kepala BSIP juga melakukan peninjauan beberapa fasilitas penunjang laboratorium seperti Rice Milling Unit (RMU) modern, pembuatan biosilika dan biopelet (biobriket) untuk mendukung pengujian standar dan penyelenggara uji profisiensi (PUP). Pada kesempatan yang sama, BSIP Pascapanen melakukan penandatanganan berita acara serah terima 5 (lima) unit alat pembuat biopellet berbahan jerami yang merupakan hibah dari Green Building Perancis. Ini dilakukan sebagai bentuk kerja sama pengembangan biopellet di Indonesia, untuk mendukung program pertanian berkelanjutan melalui penyediaan energi hijau dan ramah lingkungan.